Laman

Label

Kamis, 10 Mei 2012

Kontroversi pusat kerajaan-kedatuan sriwijaya

misteri kerajaan sriwijaya-kerajaan sriwijaya-kebesaran sriwijaya/kerajaan terbesar/          



             sriwijaya, jika membahas ini mungkin tidak akan pernah habisnya, begitu banyak misteri yang belum terpecahkan.. baik mengenai lokasi pusat kerajaan, budaya awal masyarakat pendukungnya, jangkauan wilaya terluas yang pernah dikuasi dan faktor menghilangnya kerajaan ini yang semuanya oleh parah ahli sejarah maupun arkeolog selalu diawali dengan kata "KEMUNGKINAN". catatan sejarah sriwijaya sendiri tidak banyak diketahui masyarakat indonesia maupun dari masyarakat pendukukungnya sendiri sampai tahun 1920-an saat sejarawan prancis george coedes mempublikasikan temuanya bahwa tulisan sriwijaya dalam beberapa prasasti (batu bertulis) berbahasa melayu adalah nama sebuah negara (kerajaan)

             dalam perkembangan penelitian sejarah tentang sriwijaya banyak muncul persepsi yang berbeda diantara peneliti sejarah, diantara perbedaan persepsi itu yang sampai sekarang masih ditulis dalam buku sejarah dengan kata "di perkirakan" adalah letak pusat pemerintahan kedatu'an sriwijaya, ada banyak daerah yang di klaim sebagai pusat sriwijaya diantaranya Palembang, Jambi, Bengkulu, Pagar Alam, Lampung, bahkan malaysia & thailandpun mengklaim kedatu'an sriwijaya ini. banyaknya klaim mengenai pusat kedatu'an ini dsapat dipahami, selain menyebarnya kronik-kronik, prasasti dan situs-situs peninggalan sriwijaya kebesaran dan kemegahan kedatu'an sriwijaya pada masa menjadi kebanggaan identitas sendiri.
         diantara banyaknya kemungkinan pusat kedatu'an sriwijaya, dugaan terkuat dari para ahli sejarah & arkeolog jika pusat kedatu'an sriwijaya berada di Palembang atau Jambi. tapi daerah Pagar alam dekade terakhir banyak ditemukan artefak-artefak kunopun terus diteliti kemungkinanya sebagai pusat kedatu'an sriwijaya berikut ulasan yang mendukung Palembang sebagai pusat kedatu'an sriwijaya 
  • prasati Kedukan bukit
prasasti kedukan bukit
          ditemukan oleh M. batenburg pada tahun 1920. di kedukan bukit pingiran sungai tatang yang bermuara ke sungai musi, palembang. prasasti yang berangka tahun 604 Saka/682M.prasas huruf Palawa berbahasa Melayu kuno. berisi tentang perjalanan Dapunta hyang dengan naik perahu membawa 20.000 tentara dengan 1000 tentara berjalan kaki dari Minanga tamwan ke muka Upang dengan kemenangan gemilang dan mendirikin wanua.

         merujuk pendapat para ahli kalau minanga adalah minangkabau sekarang ada juga yang menyamakan minanga dengan binanga sebuah wilayah yang berada di aliran sungai barumun, sumatera utara sekarang berdasarkan persamaan kata ada juga yang berpendapat kalau minanga adalah pengertianya pertemuan dua sungai yang merujuk pada sungai kampar daerah riau. pengertian diatas menjelaskan bawaha dimanapun letak minanga tamwan itu bukanlah daerah pusat sriwijaya. prasasti Kedukan bukit yang menceritakan kepulangan Dapunta hyang dengan membawa kemenangan yang Gemilang, merujuk kepada prasasti tersebut yang ditemukan dipalembang bisa dipastikan bahwa tempat dibuatnya prasasti itu adalah tempat asal  dapunta hyang berangkat dan kembali membawa kemenangan lalu mendirikan prasasti ini sebagai monunen kemenanganya.      
prasati talang tuo
  • Prasati Talang tuo

    berangka tahun 606 saka/684 M ditemukan di wilayah kaki bukit siguntang pinggiran kota palembang. prasasti berhuruf pallawa dan bahasa melayu kuno ini
    menceritakan pendirian taman sriksetra oleh Dapunta hyang sri rajasa unt kemakmuran rakyat disekitarnya & persingahan bagi para musafir peziarah yang lewat.



  • Prasasti telaga batu

    prasasti ini ditemukan di sabokingking kel. 3 ilir kota palembang. tidak berangka tahun berhurup pallawa & bahasa melayu kuno. tulisan di prasasti ini memceritakan peringatan akan kutukan & hukuman untuk para pemberontak kedatu'an.yang ditujukan unt para pembesar pemerintahan & orang penting dalam masyrakat. prasasti ini
    satu-satunya prasasti yang menyebut Jabatan pemerintahan sriwijaya yaitu Raja putra, Kumaramatya (pembesar istana/mentri), Senapati ( panglima perang), Nayaka ( tokoh terkemuka), dandanayaka (Hakim), tuha an vatak vuruh ( mandor/kepala pekerja buruh), Vasikarana (ahli senjata), chatabatha ( tentara), Adikarana (penjabat Pengelola/pengawas),
    kayasta(penjaga toko), sthapaka (pengrajin), puhavan(kapten kapal) vaniaga(pedagang), marsi haji  (pelayan raja) & hulunhaji (budak raja)
    prasati telaga batu
        Penyebutan nama jabatan pembesar kerajaan di prasasti ini adalah pembuktian yang sangat kuat kalau palembang adalah pusat kerajaan sriwijaya, jabatan jabatan penting yang ada dalam prasasti talang tuo ini hanya mungkin ada di daerah pusat kerajaan.
    

     

   
sriwijaya empire
             untuk meneliti lebih lanjut tentang sriwijaya pada tahun 1954 atas perintah mentri PP&k M. yamin dinas purbakala mengadakan penelitian geoformologi di pantai timur sumatera. hasil penelitian mengungkapkan bawaha pada abad ke-7 M letak Jambi maupun Palembang masih di tepi pantai pulau Sumatera.  Jambi lebih strategis  letaknya karna berada di tengah Jalur pelayaran antara India, cina, & jawa sedangkan Palembang hanya dilalui jalur pelayaran antara india & Jawa. pelbuhan Jambi lebih strategis karna langsung berhadapan dengan laut bebas sedangkan Palembang menghadap Selat Bangka. Hal ini mendorong opini beberapa ahli unt menyimpulkan bahwa Jambi lebih memungkinkan sebagai pusat sebuah kerajaan besar dibandingkan Palembang. tapi menyimpulkan hal itu hanya karna letak kestrategisan letak kota berdasarkan abad ke-7 mungkin terlalu dipaksakan. letak strategis ibukota tidak harus menghadap kelaut bebas ataupun ditengah jalur pelayaran. syarat yang mutlak sebagai negara maritim adalah mempunyai kontrol penuh atas dermaga disekitarnya. mungkin kasusnya sama dengan imperium romawi yang letak ibukotanya di Roma juga tidak menghadap kelaut bebas tapi mempumyai kontrol penuh atas kota pelabuahan iskandariah dan athena,, lagi pula tidak ada catatan sejarah yang mengatakan letak kota sriwijaya berada di jalur yang strategis dalam jalur pelayaran selat malaka.
       
           pada waktu sriwijaya berdiri, sriwijaya hanya disinggahi penziarah cina & india untuk urusan keagamaan. dapat diketahui dari catatan I-tsing

"pendeta cina yang ingin mendalami dan mempelajari agama budha sebaiknya singgah dulu di sriwijaya unt belajar berlatih".coedes.g, hal.81.

perkembangan sriwijaya dari segi keagamaan tidak diiringi dengan ekonomi & politik karna dermaga sriwijaya tidak seramai & setrategis dermaga melayu & kedah, sangat memungkinkan untuk memperoleh hegemoni dan kontrol penuh atas jalur pelayaran selat malaka sriwijaya dibawa pimpinan dapunta hyang melakukan infasi ke dermaga-dermaga di  sekitar selat malaka termasuk melayu & kedah yang letaknya sangat strategis.

   
             i-tsing seorang sarjana budha asal cina mengunjungi sriwijaya beberapa kali, kenjungan   pertamanya pada tahun 671 M, I-tsing tinggal selama beberapa bulan di sriwijaya untuk mempelajari bahasa sangsekerta sambil menunggu musim baik unt berlayar. selama di sriwijaya dia menulis dua bukunya yang termasyur "nan hai chi kue nei fa chuan" dan "ta t'ang hsihiu chiu fa kau seng chuan".
 dalam dua karnyanya itu I-tsing memberikan sumbangan besar mengenai sriwijaya, kedua karyanya itu menceritakan perjalanan I-tsing dari cina ke india dengan singgah di melalui sriwijaya dan dia sempat tinggal beberapa lama di kota sriwijaya. dalam catatanya i-tsing menuliskan sebagai berikut,  

"ketika angin timur mulai bertiup kami berlayar dari kanton menuju timur ... ... ... setelah lebi dari 20 hari berlayar kami tiba di negri sriwijaya. disana saya tinggal lebih kurang enam bulan untuk mempelajari sabdawidya. baginda sangat baik kepada saya, dia menolong mengirimkan saya ke negri melayu disana saya singgah selama dua bulan, kemudian saya melanjutkan pelayaran ke kedah ... ... berlayar dari kedah menujuh utara lebih dari sepuluh hari kami sampai ke negri orang telanjang, dari sini kami berlayar ke barat laut selama setengah bulan lalu sampai ke tamralifti ( pantai timur India)". chavanesh.h119;. ferrand h.4:. wheatly,h.41-42; wolters h.207-208.
   
              dalam catatan I-tsing ini jelas mengatakan kalau melayu & sriwijaya adalah dua negri yang berbeda yang berdiri pada masa yang bersamaan, mengenai melayu sendiri I-tsing mengambarkanya berada di selatan kedah atau di utara sriwijaya. dari gambaran I-tsing itu bisa ditarik kesimpulan kalau Melayu berada/berpusat di Jambi sekarang, hal itu diperkuat dengan ditemukanya arca amoghapasa di jambi yang terdapat diprasasti yang berangka tahun 1286M/1208 Saka bahwa arca itu diberikan raja singasari untuk raja melayu sebagai hadiah persahabatan melayu-singasari. jika melayu berpusat dijambi maka semakin kuatlah kalu sriwijaya itu berpusat di palembang.
dalam perjalan pulang I-tsing thn 685M diceritakan I-tsing sebagai berikut.

 "tamralifti adalah tempat kami naik kapal untuk pulang menuju cina, berlayar menuju tenggara selama 2 bulan kami sampai di kedah, tempat ini sekarang menjadi kepunyaan sriwijaya... ... .. dari kedah kami berlayar ke selatan setelah kira-kira sebulan kami sampai kenegri melayu yang sekarang menjadi bagian sriwijaya. kapal kapal umumnya tiba pada bulkan pertama & kedua, kapal-kapal tinggal di melayu sampai pertengahan musim panas lalu berlayar ke utara selama setengah bulan untuk tiba di kanton." (takakusu.hh.34; wheatley h.h.41-42; wholters.hh.227-228)

     

            saat  I-tsing berangkat thn 671 M melayu masih sebuah negri merdeka, saat pulang pada tahun 685M kedah & melayu sudah menjadi bagian dari sriwijaya, hal itu sesuai dan berkorelasi dengan prasasti kedukan bukit berangka tahun 682M yang menceritakan kepulangan dapunta hyang dengan 20.000 balatentaranya dari minanga tamwam dengan kemenangan gemilang. artinya antara tahun 671-682 M sriwijaya telah melakukan bebrapa penaklukan dengan sukses. catatan I-tsing juga bisa sedikit mengurai tentang letak minanga tamwan, jika dapunta hyang pulang dengan 20.000 balatentara naik perahu & 1000 dari darat dari minanga tamwan maka bisa dipastikan bahwa daerah yang ditaklukan dapunta hyang adalah daerah yang berada dipesisir pantai dan masih bisa dijankau dengan jalan darat, I-tsing menyebutkan daerah yang ditaklukan antara tahun 671M-682M adalah melayu dan kedah. sangat memungkinkan kalau daerah yang dimaksud minanga tamwam itu adalah kerajaan melayu yang berpusat di sekitar Jambi.karna kedah berada di semenajung malaya tentunya tidak bisa dijangkau dengan 1000 balatentara dapunta hyang yang berjalan kaki.


   


 

       

4 komentar:

  1. sriwijaya.. memang misteri gan... tidak ada yang bisa mengklaim kerajaan itu sampaio saat ini.

    BalasHapus
  2. numpang copi pasteya kak, unt tugas sejarah...??

    BalasHapus
  3. Ane bookmark dulu sop, kayanya perlu pemahaman lebih serius nieh.Ane suka sejarah,thanks ya dah berbagi,happy blogging.

    BalasHapus

Like This bro